Skip to content

Pemkot Lelang DED Monorel dan Trem

March 22, 2012

Pemkot bersedia mencatumkan PP 26/2008, tapi revisi raperdanya belum selesai

SURABAYA-Keyakinan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mewujudkan mimpinya membangun monorel dan trem tersebut sekarang dibuktikan dengan melelang pembuatan Detail Engineering Design (DED)-nya. “Sudah saya katakan, kami ingin mewujudkan sarana transportasi massal itu. Dan kami yakin bisa mewujudkannya. Sekarang, kami dalam tahap akan melelang pembuatan DED-nya,” kata Hendro Gunawan, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Senin (19/3).

Menurutnya, jika tidak ada halangan yang berarti rencananya lelang DED mega proyek bernilai triliunan rupiah tersebut akan dilelang minggu ini. “Intinya, saat ini Pemkot tinggal melaksanakan lelang DED dan itu akan yang dilakukan secepatnya,” tandas Hendro Gunawan.

Dengan selesainya pelaksanaan lelang ini, lanjutnya, mega proyek transportasi massal itu bisa secepatnya dikerjakan investor yang berminat membangunnya. “Investor yang sudah ada, sehingga begitu DED monorel dan tremnya sudah jadi, maka investornya segera membangun proyek tersebut,” ungkapnya.

Mengingat proyek ini akan dibangun investor, Pemkot tak akan mengeluarkan biaya sedikit pun. Tapi, kalaupun ada biaya, nantinya pemkot hanya mengeluarkan biaya untuk kendaraan penghubung serta pembuatan park and ride (lokasi parkir khusus di pemberhentian monorel dan trem).

Sesuai rencana awal, lanjutnya, rencana pembangunan monorel menghubungkan koridor Timur-Barat dan trem untuk koridor Utara-Selatan. Koridor Timur Barat yang dihubungkan dari ITS-Kertajaya-Jl dr Seotomo-Mayjen Sungkono-Pakuwon Trade Centre (PTS). Sedangkan untuk trem menghubungkan Wonokromo-Jl Raya Darmo- Urip Soemohajo-Jl Basuki Rachmad-Jl Embong Malang-Jl Blauran_Jl Bubutan-Tugu Pahlawan.
Selain itu, dengan adanya percepatan mega proyek transportasi massal itu sebagai ganti penolakan Pemkot atas tol tengah kota. Artinya, ketika Pemkot menolak tol tengah kota, maka Pemkot harus mencarikan solusinya. Solusi itu salah satunya adalah mewujudkan program monorel dan trem tersebut.

Trem dan monorel, katanya, sudah diperhitungkan dengan matang untuk menjadi sarana transportasi yang memenuhi kebutuhan warga Surabaya. Keberadaan dua moda transportasi itu dipercaya mampu memecah kemacetan serta memberikan kenyamanan bagi warga Kota Pahlawan.

Bahkan, belakangan sudah banyak pengelola pusat perbelanjaan yang meminta tempat pemberhentian monorel di depan tempat usahanya masing- masing.”Kami harus melayani masyarakat dan kalau tidak begitu nanti terlalu jauh,”jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim mengatakan, kemacetan arus lalu lintas di Surabaya dalam kurun waktu 5-15 tahun ke depan diprediksi DPRD bakal melebihi Jakarta dan kota besar-besar di negara lain.

Kondisi ini karena arah kebijakan transportasi massal yang digagas Pemkot tidak jelas. Apalagi,apabila kebijakan yang dituangkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya 2014-2025 tidak terarah.

Kondisi ini, lanjutnya, bakal semakin menyedihkan karena adanya tarik ulur antara Pemkot dengan DPRD terkait dengan pembahasan Raperda Rancangan Pembangunan Jangka Pendek Daerah (RPJPD) Surabaya 2011- 2025 belum tuntas.

Pada awal November lalu Pemkot bersedia mencatumkan PP No 26/2008 tentang rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRN) ke dalam draf Raperda RPJPD, namun perubahan draf rancangan RPJPD itu sampai sekarang belum sampai ke dewan lagi. ”Kalau demikian kondisinya, kami yakini akan menghambat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Surabaya,” jelasnya.pur

MONOREL MENGHUBUNGKAN KORIDOR TIMUR-BARAT

RUTE: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya-Kertajaya-Jl dr Seotomo-Mayjen Sungkono-Pakuwon Trade Centre (PTS).

TREM UNTUK KORIDOR UTARA-SELATAN

RUTE: Wonokromo-Jl Raya Darmo- Urip Soemohajo-Jl Basuki Rachmad-Jl Embong Malang-Jl Blauran_Jl Bubutan-Tugu Pahlawan.

Sumber: Surabaya Post – 19 Maret 2012

From → Surabaya

Leave a Comment

Leave a comment